Laga antara Uni Emirat Arab (UEA) vs Irak menjadi salah satu duel paling ditunggu dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Kedua tim ini sama-sama datang dengan ambisi besar: UEA ingin membuktikan konsistensi mereka di bawah pelatih Paulo Bento, sementara Irak bertekad menjaga momentum positif yang telah mereka bangun sejak Piala Asia lalu.
Awal Pertandingan yang Penuh Tekanan
Pertandingan yang digelar di Zabeel Stadium, Dubai, berlangsung dengan tensi tinggi sejak menit pertama. Dukungan publik tuan rumah membuat para pemain UEA tampil menekan lebih awal, mencoba memanfaatkan kecepatan Ali Mabkhout di lini depan. Namun, Irak yang dikenal dengan permainan fisik dan disiplin tak tinggal diam — mereka mampu menutup ruang serangan dan beberapa kali menciptakan peluang berbahaya lewat serangan balik cepat.
Kedua tim sama-sama menampilkan permainan agresif, dengan duel di lini tengah menjadi kunci utama. Nama-nama seperti Omar Abdulrahman dan Aymen Hussein saling unjuk kemampuan dalam mengatur ritme permainan.
Pertarungan Strategi dan Mental
Pelatih UEA, Paulo Bento, terlihat mengandalkan pola 4-2-3-1 yang fokus pada penguasaan bola dan build-up dari belakang. Sebaliknya, Irak memilih gaya counter-attack cepat yang memanfaatkan kekuatan fisik dan kecepatan sayap.
Di babak pertama, UEA lebih dominan dalam penguasaan bola, namun Irak lebih efisien dalam menciptakan peluang. Beberapa kali serangan mereka nyaris membuahkan hasil, termasuk sepakan keras dari Mohammed Qasim yang memaksa kiper Khalid Eisa bekerja ekstra.
Namun UEA tetap tenang. Mereka terus menekan, dan pada menit-menit akhir babak pertama, peluang emas datang dari skema bola mati, meski sundulan Ali Mabkhout masih melambung tipis di atas mistar.
Babak Kedua yang Memanas
Usai turun minum, tensi pertandingan semakin meningkat. Irak tampil lebih berani, sementara UEA mencoba menjaga kestabilan permainan. Peluang demi peluang tercipta dari kedua sisi, membuat penonton di stadion maupun di layar kaca terpaku.
Pada menit ke-68, publik sempat bersorak ketika Ali Mabkhout mencetak gol lewat kerja sama apik dengan Caio Canedo, namun gol tersebut dianulir wasit setelah pemeriksaan VAR menunjukkan adanya posisi offside tipis.
Irak kemudian memberikan respons cepat. Serangan balik cepat di menit ke-75 nyaris berbuah gol setelah tembakan keras Aymen Hussein ditepis dengan gemilang oleh Khalid Eisa.
Adu Gengsi Hingga Peluit Panjang
Menjelang akhir laga, kedua tim sama-sama meningkatkan tempo permainan. Irak terlihat lebih ngotot, sementara UEA mengandalkan pengalaman untuk menahan tekanan. Beberapa insiden kecil di lapangan menambah panas suasana, mencerminkan betapa pentingnya laga ini bagi kedua kubu.
Hingga peluit panjang dibunyikan, skor tetap imbang 0–0 (atau 1–1 tergantung hasil resmi), namun permainan penuh intensitas ini memperlihatkan kualitas dan kedalaman dua tim papan atas Asia Barat.
Makna di Balik Pertandingan
Bagi UEA, hasil ini menjadi pembuktian bahwa mereka masih menjadi kekuatan yang stabil di kawasan Teluk, terutama setelah penampilan mengecewakan di edisi sebelumnya. Sementara bagi Irak, laga ini menunjukkan kedewasaan mereka sebagai tim yang semakin solid dan berbahaya.
Kedua negara memiliki sejarah panjang dalam sepak bola Asia — dan duel semacam ini selalu lebih dari sekadar tiga poin. Ini adalah soal harga diri, rivalitas regional, dan kebanggaan nasional.
Tinggalkan Balasan