Sebuah kisah pilu mengguncang hati masyarakat Indonesia. Sosok guru perempuan bernama Melani Wamea, yang dikenal berdedikasi mengajar di daerah pedalaman Papua, dikabarkan tewas secara tragis setelah menjadi korban kekerasan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Namun yang membuat publik tersentuh bukan hanya kabar kepergiannya, melainkan momen terakhirnya bersama para murid, yang kini viral di media sosial.
Guru yang Tak Pernah Menyerah di Tengah Bahaya
Melani Wamea dikenal sebagai salah satu guru yang bertugas di sekolah dasar di wilayah terpencil Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Selama bertahun-tahun, ia menjadi sosok ibu, kakak, sekaligus sahabat bagi anak-anak di sekolahnya.
Meski daerah tempatnya mengajar kerap dilanda konflik dan ancaman keamanan, Melani tak pernah meninggalkan murid-muridnya. Ia sering mengatakan kepada rekan guru bahwa pendidikan adalah cahaya terakhir di tempat yang gelap, dan ia ingin menjadi bagian dari cahaya itu.
Setiap pagi, ia menempuh perjalanan kaki sejauh beberapa kilometer melewati jalan berbatu dan hutan lebat hanya untuk memastikan anak-anak tetap belajar, meski tanpa fasilitas layak.
Pelukan Terakhir yang Menjadi Viral
Beberapa hari sebelum insiden nahas itu terjadi, beredar sebuah video yang kini viral di berbagai platform media sosial. Dalam video berdurasi kurang dari dua menit itu, terlihat Melani memeluk satu per satu muridnya di depan ruang kelas sederhana yang berdinding papan.
Dengan senyum tulus, ia memeluk mereka sambil berpesan,
“Jangan takut belajar, mama guru selalu sayang kalian.”
Anak-anak terlihat tertawa, sebagian menangis, seolah merasakan ada sesuatu yang tak biasa dalam pelukan hari itu. Tak ada yang menyangka, itulah pelukan terakhir dari guru yang selama ini menjadi pelita mereka di tengah keterbatasan.
Video itu kini dibanjiri komentar haru. Banyak warganet menyebut Melani sebagai “pahlawan pendidikan sejati”, sosok yang mengabdikan hidupnya di tempat yang tak banyak orang berani datangi.
Tragedi yang Mengakhiri Pengabdian
Beberapa hari setelah video tersebut direkam, laporan menyebutkan bahwa Melani menjadi korban kekerasan brutal oleh sekelompok orang bersenjata saat perjalanan menuju kampung sebelah untuk mengantarkan bahan ajar. Ia ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan guru, dan terutama murid-murid kecilnya yang masih menunggu di ruang kelas.
Pemerintah daerah dan aparat keamanan setempat telah turun tangan melakukan penyelidikan. Namun, bagi warga sekitar, kehilangan Melani bukan sekadar kehilangan seorang guru — melainkan hilangnya sosok yang memberi harapan di tengah ketakutan yang tak kunjung reda.
Gelombang Duka dan Doa dari Seluruh Tanah Air
Kisah Melani menyebar cepat, dan dalam waktu singkat, tagar #PelukanTerakhirGuruMelani menjadi trending di media sosial. Banyak pengguna internet menulis pesan belasungkawa, mengirim doa, dan menyerukan penghentian kekerasan di wilayah Papua.
Bahkan sejumlah organisasi pendidikan turut menyampaikan duka cita mendalam. Mereka menilai Melani adalah simbol perjuangan guru di daerah konflik — mereka yang tetap berdiri di garis depan, bukan dengan senjata, melainkan dengan buku, kapur, dan kasih sayang.
Tinggalkan Balasan